Tuesday, February 17, 2009

Kisah Nabi Nuh Memang Menarik Di Semak...

Kisah Nabi Nuh memang menarik untuk disimak…. karena tertulis di kitab2 suci baik Al-quran maupun Injil.
Ada beberapa hal yang ingin saya ulas disini….
Di Kitab Injil .. (Genesis/ Kejadian) kisah behtera Nuh diulas sangat detil.. namun akibatnya banyak berbenturan dengan sains… semisal..
Kejadian bab 7 ayat 19 -20 bahwa seluruh dunia tertutup air, banjir meliputi 15 khadam (kaki) di atas gunung tertinggi.
Permasalahannya; kalau puncak gunung yang tertinggi tergenang/ tertutup.. berarti seluruh dunia ikut tergenang… alias ini adalah banjir global.
Kejadian bab 6 ayat 15-16 memberitahu kepada Nuh untuk membuat bahtera dengan panjang 300 kubik (1 kubik - 1,5 kaki) lebar 50 kubik tinggi 30 kubik terdiri dari 3 lantai (atau kalau dihitung kira2 101.200 kaki persegi).
Dan juga dijelaskan tentang semua mahluk masing2 sepasang, diangkut dalam bahtera tersebut selama 40 hari… demikian juga manusianya… padahal dengan luas kapal yang hanya 101,200 kaki persegi… paling banyak hanya mengangkut 3000 orang saja… tanpa binatang.. apalagi kalau binatang seperti singa, kuda Nil, buaya, banteng, gadjah…. kalo cuma sepasang dan mereka akan saling makan memakan… karena 40 hari itu khan lama… makan apa mereka??… bisa dibayangkan kacaunya bahtera itu kalo ditafsirkan demikian…. akan timbul kekacauan di dalam kapal selama 40 hari.
Dan Tuhan melihat bahwa kejahatan manusia di bumi adalah besar, dan bahwa setiap imajinasi dari pikiran-pikiran dalam hatinya hanya selalu perbuatan jahat. Dan ini menjadikan Allah menyesali bahwa Dia telah menciptakan manusia, dan ini menyedihkan hatiNya. Dan Tuhan berkata, “Saya akan membinasakan manusia yang telah saya ciptakan dari permukaan bumi; kedua jenis yang ada, manusia dan binatang, dan segala yang merayap, dan unggas-unggas di udara, yang karena telah mengecewakanKu yang telah mencipatakan mereka. Akan tetapi, (Nabi) Nuh mendapatkan kasih sayang di mata Tuhan” (Genesis, 6: 5-
Sungguh lucu apabila ada istilah Tuhan menyesal menciptakan manusia dan menenggelamkannya dalam bahtera Nuh, kecuali hanya Nuh dan kaumnya saja.
dan banyak lagi ayat2 injil yang aneh dalam membahas bahtera Nuh, namun malah diadopsi dalam tafsir umum umat Islam.
Padahal apa kata Al quran membahas tentang banjir Nuh;
Al quran hanya membahas tentang Nuh, perilaku kaumnya, membuat kapal hingga ditenggelamkan… Al quran tidak membahas secara detil tentang kapan, dimana, ukuran kapal, hingga bahwa seluruh bumi ini ditenggelamkan. Dan inilah yang menjadikannya Al quran dapat diterima oleh ilmu sains modern.
Nuh kepada kaumnya…
Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnyalalu ia berkata: “Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selainNya”. Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah), aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar (banjir; penulis??)”. (Al-A’raf: 60)
Kaumnya kepada Nuh
Mereka berkata: “Hai Nuh sesungguhnya kamu telah berbantah dengan kami, dan kamu telah memperpanjang bantahanmu terhadap kami, maka datangkanlah kepada kami azab yang kamu ancamkan kepada kami, jika kamu termasuk orang-orang yang benar. (QS. Hud: 33)
Membuat Perahu Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami , dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang-orang zalim itu , sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan. (QS. Hud: 3
Dan mulailah Nuh membuat bahtera . Dan setiap kali pemimpin kaumnya berjalan melewati Nuh, mereka mengejeknya. Berkata Nuh: “Jika kamu mengejek kami, maka sesungguhnya kami (pun) mengejekmu sebagaimana kamu sekalian mengejek (kami). (QS. Hud: 39)
Mengenai Banjirnya
Maka mereka mendustakan Nuh , kemudian kami selamatkan dia dan orang-orang yang bersamanya di dalam bahtera, dan Kami tenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang buta (mata hatinya).(QS. Al-A’raf: 65)
Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung, dan Nuh memanggil anaknya sedang anak itu berada di tempat jauh terpencil : “Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir.” Anaknya menjawab: “Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!”. Nuh berkata : “Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah (saja) Yang Maha Penyayang”. Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya ; maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan. (QS. Hud: 43-44)
Keberadaan perahu/ kapal;
Dan difirmankan: “Hai bumi tahanlah airmu, dan hai langit (hujan) berhentilah,” dan airpun disurutkan, perintah pun diselesaikan dan bahtera itupun berlabuh di atas bukit Judi, dan dikatakan: “Binasalah orang-orang yang zalim”. (QS. Hud: 45)
Point-point tersebut hanya sebagian ayat yang mebicarakan tentang bahtera Nuh.. namun saya tidak menemukan point2 ayat yang menggambarkan kejadian tersebut sedetil Injil.. yang justru berujung kepada ketidak logisan atau tidak ilmiah.
Tidak seperti injil…. Al quran justru mengisahkan bahwa tidak seluruh bumi tenggelam… misal ; anak Nuh mencari perlindungan di tempat tinggi, atau bahtera yang berlabuh di bukit Judi.. menunjukkan tidak semua bagian bumi tenggelam. Kisah bentuk lineament di bukit Judi yang mirip kapal dan diangap sebagai bahtera Nuh pernah dibahas di National Geograhic tahun 1996 edisi ?? no ?? (lupa namun saya pernah lihat fotonya). Kapal Nuh berlabuh di bukit Jedi… menunjukkan adanya daratan yang tidak tergenang.
Secara geologis… pada fase greatest green house… siklus (karena selalu berulang) yang menunjukkan ketinggian air yang tertinggi adalah 150 m di atas muka laut sekarang (Haq et al, 1987). Artinya apabila semua es mencair, dan semua air ditumpahkan ke permukaan bumi, maka ketinggian air laut akan naik sekitar kurang dari 180 m diatas laut sekarang…. artinya Bogor, Bandung, Ciamis, Sleman, Magelang, Temanggung dan banyak kota2 di Jawa lainnya tidak akan tenggelam.
Hal inilah yang menunjukkan bahwa banjir Nuh adalah regional dan bukannya global…. dan itu pulalah yang menunjukkan bahwa Al quran lebih sesuai daripada Injil. Karena Al quran tidak pernah membahas bencana dan bahtera itu sedetil Injil, namun ayat Al quran tersebut benar adanya.
Wassalam,
Didit_ndut



Assalamualaikum wa Rahmatullahi wa Barakatuh. Pastinya bencana Tsunami mengingatkan kita kepada peristiwa taufan dan banjir besar di zaman Nabi Allah Nuh Alayhi as-Salaam. Dengan jumlah kematian yang begitu besar (mencecah lebih 120,000 orang), mungkin ia menyamai jumlah mereka yang ditenggelamkan oleh banjir di zaman Nuh Alayhi as-Salam. Ia adalah banjir yang meliputi keseluruhan muka bumi dan pengetahuan tentang pernahnya berlaku banjir besar itu, diiktiraf oleh semua tamadun manusia. Sewajarnyalah kisah di zaman Nabi Nuh Alayhi as-Salaam itu dijadikan iktibar. Ini adalah kerana, Allah SWT mengekalkan ingatan umat manusia kepada peristiwa di zaman Nabi Nuh itu supaya ia terus menjadi peringatan, amaran dan pengajaran bagi sekalian umat manusia, mukmin dan kafir. Firman Allah SWT di dalam surah al-Haaqqah ayat 11-12: "Sesungguhnya ketika air banjir itu melampau-lampau limpahannya, Kami telah damparkan kamu dengan selamat di dalam bahtera (Nabi Nuh) itu. Agar dengan itu Kami jadikan peristiwa tersebut sebagai teladan bagi kamu. Dan untuk didengar serta diambil ingat oleh telinga orang-orang yang mahu menerima pengajaran" Apabila saya meneliti beberapa potongan ayat al-Quran tentang bencana di zaman Nabi Nuh Alayhi as-Salaam, saya mendapat kefahaman bahawa ia tidak jauh berbeza dengan bencana Tsunami 26 Disember lepas. Cuma mungkin berbeza dari segi skala kerana Tsunami yang Allah SWT datangkan kepada kita hanya menelan manusia yang menghuni daratan perairan Lautan Hindi, tidak segenap pelusuk bumi. Renungilah ayat-ayat di dalam surah Hud ayat 40 - 41 berikut: "Dan apabila datang hukum Kami untuk membinasakan mereka dan air memancut-mancut dari muka bumi (faara at-tannur), Kami berfirman kepada Nabi Nuh: Bawalah dalam bahtera itu dua dari tiap-tiap sejenis haiwan (jantan dan betina) dan bawalah ahlimu kecuali orang yang telah ditetapkan hukuman azab atasnya (disebabkan kekufurannya), juga bawalah orang-orang beriman dan tidak ada orang-orang yang beriman yang turut bersama-samanya, melainkan sedikit sahaja. Dan (ketika itu) berkatalah Nabi Nuh (kepada pengikut-pengikutnya yang beriman): Naiklah kamu ke bahtera itu sambil berkata: Dengan nama Allah bergerak lajunya dan berhentinya. Sesungguhnya Tuhanku adalah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani. " Kemunculan banjir besar di zaman Nuh itu bermula dengan limpahan air dari apa yang diistilahkan oleh al-Quran sebagai at-Tannur. At-Tannur ini pada makna asalnya adalah ketuhar atau oven yang digunakan untuk membakar roti. Ia dinamakan sedemikian rupa kerana di dalam ketuhar tersebut api marak membakar menyala-nyala di dalamnya. Alangkah ganjilnya apabila kita cuba berfikir, bagaimana air keluar melimpah dari ketuhar yang di dalamnya api menyala-nyala! Sheikh Solah Abdul Fattah al-Khalidi di dalam kitabnya Al-Qasas Al-Qurani: 'Ard Waqaa'ie' wa Tahlil Ahdaath [Darul Qalam 1419H / 1998M] menyatakan bahawa hikmah Allah SWT di dalam hal ini amatlah besar. Sesuatu yang diketahui umum, air berfungsi memadamkan api. Akan tetapi jika api itu menyala-nyala di tengah air, bagaimanakah ia boleh dipadamkan? Bagaimanakah api dan air boleh 'mesra' di dalam ketuhar yang membakar itu? Sesungguhnya fenomena seperti ini menggambarkan betapa miskinnya qudrat manusia untuk memadamkan api yang menyala-nyala itu sebagaimana mereka juga tidak mampu mengekang air yang melimpah-limpah dari punca api tersebut. [mukasurat 191] Saya melihat fenomena banjir dan ombak besar di zaman Nabi Nuh Alayhi as-Salaam dan hubungkaitnya dengan 'ketuhar' itu dari satu sudut lain yang mungkin boleh difikirkan bersama. Kita sama-sama mengetahui bahawa ombak Tsunami ini dicetuskan oleh gempa bumi yang berlaku di dasar Lautan Hindi berhampiran Sumatera. Gempa bumi ini berkait rapat dengan Lingkaran Api Pasifik. Batu batan dan api yang membara di perut bumi ini menjadikan kawasan terbabit tidak stabil sehingga mencetuskan gelinciran benua dan jenis-jenis gempa bumi yang lain. Dalam erti kata yang lain, seolah-oleh ombak besar Tsunami ini datang dari ketuhar Lingkaran Api Pasifik yang saya sebutkan sebentar tadi. Bahkan ombak besar yang melanda bencana di zaman Nabi Allah Nuh Alayhi as-Salaam itu juga lebih hebat dari Tsunami tempoh hari. Ia digambarkan seperti gunung oleh Surah Hud ayat 42 - 43: "Dan bahtera itupun bergerak laju membawa mereka dalam ombak yang seperti gunung-ganang dan (sebelum itu) Nabi Nuh memanggil anaknya, yang sedang berada di tempat yang terpisah daripadanya: Wahai anakku, naiklah bersama-sama kami dan janganlah engkau tinggal dengan orang-orang yang kafir. Anaknya menjawab: Aku akan pergi berlindung ke sebuah gunung yang dapat menyelamatkan aku daripada ditenggelamkan oleh air. Nabi Nuh berkata: Hari ini tidak ada sesuatupun yang akan dapat melindungi dari azab Allah, kecuali orang yang dikasihani olehNya dan dengan serta-merta ombak itu pun memisahkan antara keduanya, lalu menjadilah dia (anak yang derhaka itu) dari orang-orang yang ditenggelamkan oleh taufan. " Namun bagi kita hari ini, bagaimanakah sepatutnya kita mengambil pengiktibaran daripada bencana Tsunami tempoh hari? Apakah hanya dengan berfikir tentang usaha mengadakan sistem amaran awal semata-mata? Kita bernasib baik kerana Tsunami itu tidak menelan semua sekali bahkan Malaysia mengalami keajaiban apabila angka kematiannya begitu kecil berbanding dengan negara jiran Acheh. Allah masih mengizinkan kita untuk bermuhasabah dan tidak membinasakan kita semua dengan suatu bencana yang tidak hanya menimpa golongan yang zalim semata-mata. Firman Allah SWT: "Dan takutlah kamu kepada bencana yang tidak hanya menimpa golongan yang zalim semata-mata dari kalangan kamu secara khusus" (Al-Anfaal: 25) Tsunami tidak menelan Pesta Pulau Pinang di Sungai Nibong. Tsunami tidak mengundang rebah Flat Pekeliling di Kuala Lumpur walaupun gegarannya cukup kuat untuk mendesak penghuninya lari bertempiaran. Tsunami ini belum seperti 'Tsunami di zaman Nuh Alayhi as-Salaam'. Pertamanya, terimalah hakikat bahawa bencana ini bukan 'kejadian alam tanpa sebab'. Ia adalah amaran Allah. Ia adalah peringatan yang maha menakutkan. Tsunami menelan Acheh yang menyaksikan penindasan pemerintah yang membunuh jutaan penduduk yang mahukan Acheh berdiri bebas merdeka. Bukit bukau di Acheh menjadi gunung kubur manusia yang dibunuh kejam. Tsunami menelan Selatan Thailand yang baru sahaja bermandi darah Muslim Tak Bai, Masjid Kerisik dan sebagainya. Thailand itu juga menyajikan industri seks sebagai tarikan pelancong ke Phuket dan lain-lain. Tsunami membaham warga Pulau Pinang yang saban malam berpesta mungkar di Sungai Nibong. Tsunami juga memamah Pulau Pinang yang menjadi sarang pengedaran dadah, sarang pelacuran, sarang segala jenis kemungkaran dan sarang sampah! Tsunami juga menelan Sri Langka dan India yang menjadi pentas tradisi menyembelih umat Islam. Tsunami juga menelan Maldives yang menjadi destinasi pelancongan pengunjung warga Barat sehinggakan nilai Islamnya langsung tenggelam tidak kelihatan. Sesungguhnya Tsunami menelan tanah air dan anak watan yang begitu peri lakunya. Amat pedih untuk menyebut hakikat ini, namun kita perlu akur. Janganlah terlalu saintifik sehingga tidak sudi memikirkan hakikat ini. Tiada kerosakan yang berlaku di muka bumi ini kecuali dengan asbab. Firman Allah SWT di dalam surah Ar-Rum ayat 41: "Telah timbul berbagai kerosakan dan bala bencana di darat dan di laut dengan sebab apa yang telah dilakukan oleh tangan manusia; (timbulnya yang demikian) kerana Allah hendak merasakan mereka sebahagian dari balasan perbuatan-perbuatan buruk yang mereka telah lakukan, supaya mereka kembali (insaf dan bertaubat)" Seterusnya, ingatlah kembali kepada apa yang telah saya sebutkan di awal tadi, bahawa Allah SWT mengekalkan kisah ini di dalam ingatan sekalian manusia, agar kita semua mengambil peringatan. Qatadah telah menyebut sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari [Sahih al-Bukhari nombor 4869], "Allah SWT telah mengekalkan kapal Nuh supaya ia sampai kepada pengetahuan generasi awal umat ini". Sebagai penutup, renungilah wasiat Nabi Nuh Alayhi as-Salaam kepada anak-anaknya yang beriman sebelum Baginda wafat pulang kepada Allah. Imam Ahmad dan al-Bayhaqi telah meriwayatkan daripada Abdullah bin 'Amr bin al-'Aas Radhiyallahu 'anhuma, beliau berkata: Suatu ketika kami sedang bersama-sama dengan Rasulullah SAW. Kemudian datang seorang lelaki dari pedalaman yang memakai jubah besar berwarna hijau (Seehan) dan dihiasi dengan sutera. Lalu Rasulullah SAW berkata: "Sesungguhnya sahabat kamu ini telah meninggalkan setiap pahlawan berkuda anak pahlawan berkuda serta mengangkat setiap pengembala anak pengembala! (Pakaian yang melambangkan keangkuhan pemakainya)" Lalu Baginda SAW memegang jubah lelaki tersebut dan berkata kepadanya "Aku melihat engkau memakai pakaian orang yang tidak berakal!" Kemudian Rasulullah SAW berkata lagi "Sesungguhnya Nabi Allah Nuh Alayhi as-Salaam ketika nazak menghadapi kematian, beliau berkata kepada anaknya: "Sesungguhnya aku mahu meninggalkan wasiat kepada kamu. Aku perintahkan kepada kamu dua perkara dan aku tegah kamu daripada dua perkara. Aku perintahkan kamu dengan Laa Ilaaha IllaLlaah. Sesungguhnya jika tujuh petala langit dan bumi diletakkan di suatu timbangan dan Laa Ilaaha IllaLlaah diletakkan di suatu timbangan yang lain, nescaya Laa Ilaaha IllaLlaah itu lebih berat. Seandainya tujuh petala langit dan bumi itu suatu rangkaian yang samar dan rapuh, ia terjalin kukuh dan kemas dengan Laa Ilaaha IllaLlaah. Aku juga memerintahkan kamu dengan Tasbih dan Takbir. Sesungguhnya dengan demikian terhasil kesejahteraan setiap sesuatu dan dengannya jua makhluk dikurniakan rezeki. Aku tegah kamu dari Syirik dan Kibr (takabbur)" Sahabat bertanya, Ya Rasulallah, sesungguhnya Syirik itu telah kami arif mengenainya. Namun, apakah yang dimaksudkan dengan Kibr? Adakah menjadi Kibr jika seseorang itu memakai sepasang kasut yang baik dengan talinya yang baik? Rasulullah SAW menjawab, "Tidak" Kata Sahabat berkenaan, atau apakah dengan seseorang itu mempunyai perhiasan dan beliau memakainya (lalu dianggap Kibr)? Rasulullah SAW menjawab, "Tidak" Kata Sahabat berkenaan lagi, atau apakah seseorang itu mempunyai haiwan tunggangan dan beliau menunggangnya (lalu dianggap Kibr)? Rasulullah SAW menjawab, "Tidak" Kata Sahabat tersebut, atau adakah jika sesiapa di kalangan kami mempunyai ramai teman dan beliau duduk bersama mereka (lalu dianggap Kibr)? Rasulullah SAW menjawab, "Tidak" Lalu Sahabat tersebut bertanya, kalaulah begitu ya Rasulallah, maka apakah sebenarnya Kibr itu? Nabi SAW menjawab, "Al-Kibr itu ialah meremeh-temehkan kebenaran (safah al-haq) dan menindas manusia (ghamth an-Naas)!" [Dikeluarkan oleh Ahmad di dalam al-Musnad 2: 169, 170, 225. Dan oleh al-Bayhaqi di dalam al-Asmaa' wa as-Sifaat: 79] Inilah pesanan Nabi Allah Nuh Alayhi as-Salaam kepada anaknya sebelum wafat. Dan kita ini semua adalah cucu cicitnya Baginda. Terimalah nasihat ini sebagai peringatan. Sesungguhnya Tauhid dan Kalimah Tauhid adalah sebesar-besar perkara di dalam hidup ini. Menjadikan ia sebagai fokus diri, dan seterusnya disempurnakan pula dengan Takbir membesarkan Allah dan Tasbih mensucikanNya pada lisan dan perbuatan. Syirik yang muncul dengan pelbagai versi di dalam kehidupan kita hari ini bersama perbuatan angkuh, bongkak, takabbur atau Kibr itu pula hendaklah dijauhi. Sesungguhnya Syirik dan takabbur itu telah menjadi syiar dan cara hidup ramai manusia pada hari ini. Manusia angkuh dengan Allah, orang ramai bongkak dengan hukum hakamNya, malah masih berani berpesta di Sungai Nibong walaupun bencana Tsunami hanya beberapa kilometer jaraknya. Selepas teguran dibuat oleh Mufti dan orang ramai, TV3 masih tidak segan silu meneruskan silsilah Konsert Sure Heboh yang hanya mengukuhkan lagi hedonisma sebagai rukun kehidupan masyarakat sekarang. Tidakkah sikap begini bermaksud memperlekehkan kebenaran? Bukankah sikap ini yang terpilih menjadi amaran Nabi Allah Nuh yang menyaksikan umatnya ditenggelamkan 'Tsunami'? Apabila masyarakat kita diperingatkan oleh alim Ulama dengan kebenaran, ramai yang gembira mempersendakan kebenaran tersebut. Ramai yang memperlekehkan ayat-ayat Allah tanpa segan silu. Bahkan dengan sifat jelek seperti itu, tidak hairan jika ramai pula yang zalim, menindas sesama manusia sama ada dengan kuasa, akta, mahu pun sikap dan tanduk di peringkat individu. Apakah kita mahu menunggu sehingga bumi Malaysia tersenak hidung dengan gelimpangan mayat seperti di Acheh, baru mahu tersentak dari kelekaan semua dan selama ini? Setiap kali menonton siaran berita di televisyen, saya tidak dapat menahan sebak di dada. Tetapi apabila mengenangkan kebiadapan manusia hari ini, mungkin Tsunami sahaja yang mampu memecahkan tempurung kepala kita hari untuk untuk faham dan menginsafi kuasa Allah SWT. Ceramah tak makan, motivasi tak jalan, nasihat tak dilayan, teguran dipinggirkan, yang menang akhirnya tetap hiburan dan keseronokan. Tidakkah kita sebenarnya sudah terlalu jauh pergi meninggalkan sifat diri sebagai hamba Tuhan? Tepuk dada tanyalah iman... Salam takziah dari saya untuk tamadun manusia. " Apakah penduduk negeri itu merasakan aman dari bala Allah pada waktu malam ketika mereka sedang tidur. Apakah penduduk negeri itu merasa aman dari bala Allah pada waktu pagi sedang mereka bermain atau bekerja. Apakah mereka merasa aman dari azab Allah(jadi mereka boleh hidup berseronok hingga melanggar hukum Allah). Tidaklah yang merasa aman dari azab Allah melainkan orang yang rugi." (Al-A'raaf 98-99) ABU SAIF, Kuala Lumpur 31 Disember 2004



Ia dipercayai berada Gunung Ararat, timur Turki di bawah timbunan salji tebal yang menutupi banjaran gunung dipercayai tersembunyi selama lebih 4,000 tahun. Ramai pihak terutama pengkaji arkeologi yang beragam Kristian cuba mendaki gunung ini, sevbagagian nya gagal menmui nya dan ramai juga yang maut. Tapi ada juga pendaki mendakwa berjaya sampai ke puncak gunung yang lebih dikenali Gunung Ararat dan peluang dan mendakwa mereka dengan beberapa artifak purba yang amat berharga!Iamerupakan sesuatu yang aneh lagi membingungkan - bagaimana mungkin sebuah kapal yang sepatutnya terapung di lautan, boleh tersadai di puncak gunung bersalji setinggi 5,165 meter? Dan ramai pengkaji percaya di puncak gunung itulah mendaratnya bahtera Nabi Nuh AS dan kisah sejarah besar itu dikatakan diceritakan dalam kitab tiga agama samawi iaitu al-Quran (Islam), Injil (Kristian) dan Taurat (Yahudi).Sebagaimana firman Allh dalam alquran "Maka mereka mendustakan Nuh, kemudian Kami selamatkan dia dan orang yang bersamanya di dalam bahtera dan Kami tenggelamkan orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang buta (mata hatinya)."Sinopsis kisah pengorbanan dan dakwah Nabi Nuh bermula apabila kaumnya enggan mengesakan Allah walaupun Tuhan sudah memberikan mereka pelbagai nikmat dan harta. Baginda berdakwah kepada kaumnya tidak kira siang dan malam, sama ada secara terang-terangan atau secara diam tetapi kaumnya memperlekehkannya, menutup telinga dan tetap enggan mengesakan Allah. Keangkuhan dan kekufuran umat Nabi Nuh menyebabkan Allah akhirnya memerintahkan rasul itu membina kapal di satu kawasan tinggi sehingga kaumnya menyangka yang baginda gila kerana membina bahtera yang jauh daripada lautan dan di tempat tinggi.Allah kemudian menurunkan hujan yang amat lebat sehingga mengakibatkan banjir paling besar dan menenggelamkan serta mengorbankan umat Nabi Nuh yang ingkar kecuali orang beriman yang juga pengikut rasul itu yang sempat menaiki bahtera berkenaan.Firman Allah lagi dalam ayat 25, surah Nuh: "Disebabkan kesalahan-kesalahan mereka, mereka ditenggelamkan lalu dimasukkan ke neraka, maka mereka tidak mendapat penolong-penolong bagi mereka selain Allah."Selepas itu, hujan pun reda dan banjir itu pun surut dan kapal berkenaan akhirnya berlabuh di suatu kawasan seterusnya bermulalah misteri di kalangan pengkaji agama, ahli arkeologi serta pihak berkaitan dalam mencari di manakah lokasi bahtera itu berada ketika ini.Kajian awal kisah rasul itu mendapati Bahtera Nabi Nuh terdampar di Bukit Judi dan ramai pihak mengatakan lokasi itu adalah sebahagian daripada Banjaran Ararat. Kiraan ahli astronomi secara berkomputer pula menganggarkan Nabi Nuh AS mula membina bahteranya pada 2465 Sebelum Masihi (SM) dan hujan mula berlaku pada 2345 SM.Usaha pencarian Bahtera Nabi Nuh ini juga pernah dilakukan Maharaja Russia, Tsar Nicholas II pada 1917 dengan menghantar 150 pakar pelbagai bidang terdiri daripada jurutera, saintis dan tentera untuk mencari dan menyelidik bahtera itu.Keadaan muka bumi Gunung Ararat yang kawasannya diseliputi salji seluas 44 kilometer persegi dan setebal 90 meter serta ketulan ais sentiasa menggelungsur menyebabkan kumpulan itu mengambil masa sebulan untuk sampai ke puncak seterusnya mendakwa menemui bahtera itu. Banyak bukti mengenainya dikumpul, termasuk gambarnya tetapi Perang Bolshevik di Russia menyebabkan bukti berkenaan hilang sehingga kini.Dakwaan penemuan terbaru adalah pada pertengahan 2004 apabila sekumpulan saintis bersama seorang ahli perniagaan, Daniel McGivern, menyatakan mereka berjaya menemui objek yang mempunyai ciri menyerupai bahtera Nabi Nuh, terbenam dalam salji di puncak Gunung Ararat. Cuaca panas tahun itu menyebabkan salji cair dan membolehkan satelit merakamkan gambar berkenaan. Daniel ketika itu menyatakan, berdasarkan imej yang diperoleh, dia yakin 98 peratus bahawa imej itu adalah Bahtera Nabi Nuh.Salah satu pemburu jejak Bahtera Nuh iaitu adalah QuickBird 2. Karena "bermata" khusus, satelit ini diluncurkan spesial dari Pangkalan Udara Vandenberg, California. Dikenali Satelit komersel dengan kamera resolusi tertinggi di dunia. Dioperasikan EarthWatch Incorporated, Longmont, Colorado, satelit ini mampu melihat jelas obyek sepanjang setengah meter di Bumi. gambar-gambar berbentuk bahtera berjaya rakamkan.Malangnya, usaha mereka untuk meneruskan ekspedisi mendaki Gunung Ararat diketuai seorang profesor dari Turki tidak dapat diteruskan apabila gagal mendapat kebenaran kerajaan berikutan Gunung Ararat termasuk kawasan bahaya dan zon perang.Sehingga kini, kedudukan dan rupa sebenar Bahtera Nabi Nuh AS terus kekal rahsia dan masih belum mampu dibawa keluar dan dipertontonkan kepada umum. Ia terus menjadi misteri yang akan kekal entah sampai bila.Ciri-ciri kapal Nabi NuhSebahagian kapal berkenaan dikatakan sudah tenggelam diliputi salji dan bahagian yang masih kelihatan dipercayai berukuran 137.2 meter (m) panjang, 22.86m lebar dan 13.72m tinggi. Dianggarkan 9,000 hingga 13,000 pokok kayu balak digunakan untuk membina bahtera seberat 4,100 tan itu. Rupa bentuk Bahtera Nabi Nuh dikatakan berbentuk seakan kotak kasut. Mengikut kajian seorang penyelidik dikenali Dr Whitcomb, dianggarkan 3,700 mamalia, 8,600 jenis spesies burung, 6,300 spesies reptilia, 2,500 jenis amfibia menaiki bahtera itu. Berat muatan bahtera pula dianggarkan 24,300 tan.
Arkib terjah.com: Posted by admin on July 05 2007 06:08:58



No comments: